FISIKA
Cahaya Gelombang
-Spektrum cahaya,difraksi,interferensi,dan polarisasi
-pemanfaatan konsep dan prinsip cahaya pada teknologi,layar lcd dan led
-Spektrum cahaya,difraksi,interferensi,dan polarisasi
-pemanfaatan konsep dan prinsip cahaya pada teknologi,layar lcd dan led
Alat Optik
- Prinsip kerja alat optik(efek zoom pada lensa kamera lup,teropong dan teropong bintang)
- Simulasi transfer data dengan serat optik
- Prinsip kerja alat optik(efek zoom pada lensa kamera lup,teropong dan teropong bintang)
- Simulasi transfer data dengan serat optik
CAHAYA GELOMBANG
Pengertian
Cahaya
Cahaya adalah energi berbentuk
gelombang
elekromagnetik yang kasatmata dengan panjang
gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombangkasat mata maupun
yang tidak. Cahaya adalah paket partikel
yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat
yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian
dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang
studi cahaya dikenal dengan sebutanoptika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan
munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensiatau panjang
gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan denganpendekatan paraksial geometris
sepertirefleksi dan refraksi, dan
pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi,difraksi, dispersi,polarisasi.
Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika
geometris (en:geometrical optics) dan optika
fisis (en:physical optics).
Pada puncak optika klasik, cahaya
didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan
dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael
Faraday dengan penemuan sinar
katoda, tahun 1859 dengan teori
radiasi massa hitam olehGustav
Kirchhoff, tahun 1877Ludwig
Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem
fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantumsebagai
model dari teori
radiasi massa hitamoleh Max Planck pada
tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang
teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebutelemen energi, E. Pada
tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaanefek
fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk
melejit keluar dari orbitnya. Pada
pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang,
hingga tercetus teori
dualitas partikel-gelombang. Albert
Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat
berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang
mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert
Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan
Nobel masing-masing pada tahun
1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang
dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner
Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von
Neumann, Paul Dirac, Wolfgang
Pauli, David Hilbert, Roy J.
Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan
cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang
disebut foton.
Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada
tahun 1960.
Era optika modern tidak serta merta
mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya
yang lain yaitu difusi dan hamburan.
Sumber
Cahaya
Sumber cahaya adalah
benda yang bisa menghasilkan cahaya. Sumber cahaya dibedakan menjadi dua yakni sumber
cahaya alami adalah benda yang dapat memancarkan cahayanya sendiri, seperti
matahari, api dan bioluminesens. Dan sumber cahaya buatan adalah benda
yang dapat memancarkan cahaya akibat suatu proses tertentu.
1. Perambatan Cahaya dan Pembentukan
Bayangan
Cahaya merambat menurut lintasan yang berbentuk garis
lurus. Pembentukan bayangan suatu benda disebabkan oleh sifat cahaya yang
merambat menurut garis lurus. Anggapan cahaya yang merambat menurut garis lurus
disebut optik geometrik.
Akibat cahaya merambat lurus, benda yang tidak tembus
cahaya seperti buku, pohon,kertas, atau tubuh manusia akan membentuk bayangan
apabila terkena cahaya.
2. Bayangan Umbra dan Penumbra
Jika sebuah benda tidak tembus cahaya dikenai cahaya,
di belakang benda tersebut akan terbentuk dua bayangan, yaitu bayangan inti dan
bayangan kabur. Bayangan inti disebut umbra dan bayangan kabur disebut penumbra.
Sifat Sifat Cahaya
-
Spektrum
cahaya
-
Difraksi
Pada pelajaran
gerak gelombang, telah diperkenalkan pula bahwa gelombang permukaan air yang
melewati sebuah penghalang berupa sebuah celah sempit akan mengalami lenturan
(difraksi). Peristiwa yang sama terjadi jika cahaya dilewatkan
pada sebuah celah yang sempit sehingga gelombang cahaya itu akan mengalami difraksi.
Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat disebabkan
oleh kisi. Kisi adalah sebuah penghalang yang terdiri atas banyak celah
sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah selebar 1 cm.
Kisi difraksi adfalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber
cahaya.
Perhatikan Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Cahaya
yang melewati celah sempit
Kita dapat
melihat gejala difraksi ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang
jauh, misalnya lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang
terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal
dijelaskan oleh Christian Huygens. Menurut Huygens, tiap bagian celah
berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat
berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap
pada layar akan terjadi,
jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase ½,
atau lintasannya sebesar setengah panjang gelombang. Perhatikan Gambar 2.9.

Gambar 2.9. interferensi celah tunggal
Berdasarkan Gambar 2.9 tersebut, diperoleh beda
lintasan kedua gelombang (d sin θ)/2.
ΔS = (d sin θ)/2 dan ΔS = ½ λ,
jadi d sin θ = λ
Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian,
pola interferensi minimumnya menjadi
ΔS = (d sin θ)/4 dan ΔS = ½ λ,
jadi d sin θ = 2 λ.
Berdasarkan penurunan persamaan interferensi minimum tersebut,
diperoleh persamaan sebagai berikut.
d sin θ = mλ
2.13
dengan: d = lebar celah
m = 1, 2, 3, . . .
Untuk mendapatkan pola difraksi maksimum, maka setiap
cahaya yang melewati celah harus sefase. Beda lintasan dari interferensi
minimum tadi harus dikurangi dengan
sehingga beda fase
keduanya mejadi 360°. Persamaan interferensi maksimum dari pola difraksinya
akan menjadi :



Dengan (2m – 1) adalah bilangan ganjil, m
= 1, 2, 3, …
Untuk pola difraksi maksimum, tentukanlah beda celah
minimum yang dibutuhkan pada difraksi celah tunggal bila diinginkan sudut
difraksinya 30°, dan panjang gelombang yang digunakan 500 nm.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (2.14), diperoleh

d mencapai minimum jika m = 1

Jadi, lebar celah minimum 500 nm.
Jika semakin banyak celah pada kisi yang memiliki
lebar sama, maka semakin tajam pola difraksi dihasilkan pada layar. Misalkan,
pada sebuah kisi, untuk setiap daerah selebar 1 cm terdapat N = 5.000
celah. Artinya, kisi tersebut terdiri atas 5.000 celah per cm. dengan demikian,
jarak antar celah sama dengan tetapan kisi, yaitu

Pola difraksi maksimum pada layar akan tampak berupa
garis-garis terang atau yang disebut dengan interferensi maksimum yang
dihasilkan oleh dua celah. Jika beda lintasan yang dilewati cahaya datang dari
dua celah yang berdekatan, maka interferensi maksimum terjadi ketika beda
lintasan tersebut bernilai 0, λ, 2λ, 3λ, …,. Pola difraksi maksimum pada kisi
menjadi seperti berikut.
d sinθ = mλ ......................................................2.15
dengan m = orde dari difraksi dan d = jarak
antar celah atau tetapan kisi.
Demikian pula untuk mendapatkan pola difraksi
minimumnya, yaitu garis-garis gelap. Bentuk persamaannya sama dengan pola
interferensi minimum dua celah yaitu:
d sinθ = (m+ ½ )λ
.............................................2.16
Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya
polikromatik, pada layar akan tampak spectrum warna, dengan terang pusat berupa
warna putih.

Gambar 2.10. Difraksi cahaya putih akan menghasilkan
pola berupa pita-pita spectrum
Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar
mengalami lenturan atau pembelokan paling besar. Cahaya ungu mengalami lenturan
terkecil karena panjang gelombang cahaya atau ungu terkecil. Setiap orde
difraksi menunjukkan spectrum warna.
Sebuah kisi memiliki 10.000 celah per cm. Pada kisi
dilewatkan cahaya tegaklurus dengan panjang gelombang l. Garis terang difraksi
maksimum orde pertama membentuk sudut 30o terhadap garis normal.
Tentukanlah l.
Penyelesaian:
Diketahui:
=10-4 cm,
sin 30o = ½, m=1.

Ditanya : l = ….?
Jawab:
Berdasarkan hubungan d sinq = ml, diperoleh:
(10-4 cm)(1/2) = (1) λ
Jadi, λ=0,5 × 10-4 cm = 5000 Å
-
Interferensi
Pada bab 1(gelombang mekanik), Anda telah ketahui bahwa dua gelombang dapat melalui
satu titik yang sama tanpa saling mempengaruhi. Kedua gelombang gelombang itu
memiliki efek gabungan yang diperoleh dengan menjumlahkan simpangannya. Interferensi
adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang baru. Jika kedua
gelombang yang terpadu sefase, maka terjadi interferensi konstruktif (saling
menguatkan). Gelombang resultan memiliki amplitudo maksimum.
Jika kedua gelombang
yang terpadu berlawanan fase, maka terjadi interferensi destruktif (saling
melemahkan). Gelombang resultan memiliki amplitudo nol. Setiap orang dengan
menggunakan sebuah baskom air dapat melihat bagaimana interferensi antara dua
gelombang permukaan air dapat menghasilkan pola-pola bervariasi yang dapat
dilihat dengan jelas. Dua orang yang bersenandung dengan nada-nada dasar yang
frekuensinya berbeda sedikit akan mendengar layangan (penguatan dan pelemahan
bunyi) sebagai hasi interferensi (akan dibahas pada Bab 3).
Warna-warni pelangi
menunjukkan bahwa sinar matahari adalah gabungan dari berbagai macam warna dari
spektrum kasat mata. Di lain fihak, warna pada gelombang sabun, lapisan minyak,
warna bulu burung merah, dan burung kalibri bukan disebabkan oleh pembiasan.
Hal ini terjadi karena interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang
dipantulkan oleh suatu lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini bukti yang
paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang. Interferensi cahaya bisa
terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang bergabung. Jika cahayanya
tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati. Interferensi cahaya sulit diamati karena dua alasan:
(1) Panjang gelombang cahaya sangat
pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.
(2) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang
cahaya yang fasenya sembarang (random) sehingga interferensi yang
terjadi hanya dalam waktu sangat singkat.
Jadi, interferensi cahaya tidaklah senyata seperti
interferensi pada gelombang air atau gelombang bunyi. Interferensi
terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini:
(1) Kedua gelombang cahaya harus koheren,
dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu
tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya harus memiliki
amplitude yang hampir sama.
Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat
digambarkan seperti pada Gambar 2.3.


Gambar 2.3. (a) tidak terjadi interferensi, (b)
terjadi interferensi
Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya
kohern sehingga dapat menghasilkan pola interferensi adalah :
(1) sinari dua (atau lebih) celah
sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal (satu celah). Hal ini
dilakukan oleh Thomas Young.
(2) dapatkan sumber-sumber kohern
maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan saja. Hal ini dilakukian oleh
Fresnel. Hal ini juga terjadi pada pemantulan dan pembiasan (pada interferensi
lapisan tipis).
(3) Gunakan sinar laser sebagai
penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya kohern.
Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J
Fresnell dan Thomas Young menggunakan sebuah lampu sebagai sumber
cahaya. Dengan menggunakan sebuah sumber cahaya S, Fresnell memperoleh
dua sumber cahaya S1 dan S2 yang kohoren
dari hasil pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh
sumber S, dipantulkan oleh cermin I dan cermin II yang seolah-olah
berfungsi sebagai sumber S1 dan S2.
Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan
oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 2.4)

Gambar 2.4. Percobaan cermin Fresnell
Berbeda dengan
percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua penghalang, yang
pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan dua lubang
kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder)
koheren yang monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5).
Pada layar tampak pola garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang
dan gelap inilah bukti bahwa cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya
terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah tersebut.

Gambar 2.5. Percobaan dua celah oleh Young
Pola interferensi yang
dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis terang dan
garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua
sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi
maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami
interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum. Jika
kedua sumber cahaya memiliki amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat
terjadinya interferensi minimum, akan terbentuk titik gelap sama sekali.
Untuk mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk dari interferensi dua
celah, perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.
Pada Gambar 2.6,
tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar. Kemudian, berkas
cahaya tersebut melewati penghalang yang memiliki celah ganda sehingga S1
dan S2 dapat dipandang sebagai dua sumber cahaya
monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2,
kedua cahaya digambarkan menuju sebuah titik A pada layar. Selisih jarak
yang ditempuhnya (S2A – S1A)
disebut beda lintasan.


Gambar 2.6. Percobaan Interferensi Young
Jika jarak S1A dan S2A
sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2,
dengan S1S2 = d, sinar S1A
dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS
= S2B. Berdasarkan segitiga S1S2B,
diperoleh
, dengan d adalah jarak
antara kedua celah. Selanjutnya, pada segitiga COA,
.


Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan
. Untuk θ kecil, berarti p/l
kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh
cahaya dari sumber S2 dan S1 akan memenuhi
persamaan berikut ini.


Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua
gelombang yang tiba di titik A sefase. Dua gelombang memiliki
fase sama bila beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan cacah dari panjang
gelombang.
ΔS = mλ
............................................................2.4
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi

dengan d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis
terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)
Cahaya monokromatis dengan panjang gelombang 5000 A
melewati celah ganda yang terpisah pada jarak 2 mm. Jika jarak celah layar 1
meter, tentukanlah jarak terang pusat dengan garis terang orde ketiga pada
layar.
Penyelesaian:
Diketahui: d = 2 mm; l = 1 meter = 1 ´
103 mm; λ = 5000 A = 5 ´ 10-4 mm; m = 3


Jika kedua gelombang cahaya dari sumber S1
dan S2 yang sampai pada layar berlawanan fase (berbeda sudut
fase 180°), maka pada layar akan terjadi interferensi minimum atau
garis-garis gelap. Untuk mendapatkan beda fase sebesar 180°, beda lintasan
harus merupakan kelipatan bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang,
yaitu


dengan m = 1, 2, 3, 4, …
Berdasarkan persamaan (2.6) dan (2.4) maka diperoleh
interferensi minimum yang memnuhi persamaan berikut.

Dalam keseharian Anda sering mengamati garis-garis
berwarna yang tampak pada lapisan tipis bensin atau oli yang tumpah di
permukaan air saat matahari menyoroti permukaan oli tersebut. Di samping itu,
Anda tentu pernah main air sabun yang ditiup sehingga terjadi gelembung.
Kemudian saat terkena sinar matahari akan terlihat warna-warni.
Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa
interferensi cahaya pada lapisan tipis air sabun. Interferensi ini terjadi pada
sinar yang dipantulkan langsung dan sinar yang dipantulkan setelah dibiaskan.
Interferensi antar gelombang yang dipantulkan
oleh lapisan atas dan yang dipantulkan oleh lapisan bawah ditunjukkan pada
Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Interferensi pada selaput tipis
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang
hingga menjadi sinar pantul ke-1 dan sinar pantul ke-2 adalah
ΔS = S2 – S1
= n(AB + BC) – AD = n(2AB) – AD ...........................2.8
dengan n adalah indeks bias lapisan tipis.
Jika tebal lapisan adalah d, diperoleh d
= AB cos r sehingga AB = d/cos r dan AD
= AC sin i, dengan AC = 2d tan r.
Dengan demikian, persamaan (2.8) menjadi:


Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r =
sin I, selisih jarak tempuh kedua sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r
..............................................2.9
Supaya terjadi interferensi maksimum, ΔS harus
merupakan kelipatan dari panjang gelombang (λ), tetapi karena sinar pantul di B
mengalami perubahan fase
, ΔS menjadi


Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan
tipis akan memenuhi persamaan berikut.


dengan n = indeks bias lapisan tipis
d = tebal lapisan
r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
λ = panjang gelombang sinar
Tentukanlah tebal lapisan minimum yang dibutuhkan agar
terjadi interferensi maksimum pada sebuah lapisan tipis yang memiliki indeks
bias 4/3 dengan menggunakan panjang gelombang 5.600.
Penyelesaian:
Interferensi maksimum pada lapissan tipis mmenuhi
persamaan (2.11)

Supaya tebal lapisan minimum, m = 0 dan cos r
= 1, maka diperoleh

Adapun untuk memperoleh interferensi minimum, selisih
lintasan ΔS kedua sinar pantul harus merupakan kelipatan
dan beda fase
sehingga akan diperoleh:


ΔS = 0, λ, 2λ , 3λ, 4λ …= mλ
Interferensi minimum dalam arah pantul akan memenuhi
persamaan
2nd cos r = mλ
....................................................2.12
Tentukanlah panjang gelombang sinar yang digunakan,
jika terjadi interferensi minimum orde 2 pada lapisan di udara dengan ketebalan
103 nm, sudut bias 60°, dan indeks bias lapisan 1,5.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (2.12) diperoleh
2nd cos r = mλ
2(1,5) (103 nm) (cos 60°) = 2λ

λ = 0,75 × 103 nm = 750 nm.
Jadi, panjang gelombang cahaya yang digunakan 750 nm.
Polarisasi
Polarisasi gelombang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, tidak
terjadi pada gelombang longitudinal. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
peristiwa polarisasi, perhatikan gelombang tali pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Gelombang tali yang terpolarisasi
Sebelum dilewatkan pada celah sempit vertical, tali bergetar dengan
simpangan seperti spiral. Setelah gelombang pada tali melewati celah, hanya
arah getar vertical yang masih tersisa. Adapun arah getar horizontal atu
diserap oleh celah sempit itu. Gelombang yang keluar dari celah tadi disebut gelombang polarisasi, lebih khusus
disebut terpolarisasi linier.
Terpolarisasi artinya memiliki satu arah getar tertentu saja. Polarisasi yang hanya terjadi pada satu arah disebut polarisasi linear. Apa yang terjadi
jika celah sempit dipasang secara horizontal? Apakah terjadi polarisasi linear?
Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya tidak terpolarisasi, yaitu
dengan menghilangkan (memindahkan) semua arah getar dan melewatkan salah satu
arah getar saja. Ada 4 cara untuk melakukan hal ini, yaitu:
Tehnik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan
polaroid. Polaroid akan
meneruskan gelombang-gelombang yang arah getarnya sejajr dengan sumbu transmisi
dan menyerap gelombang-gelombang pada arah lainnya. Oleh karena tehnik
berdasarkan penyerapan arah getar, maka disebut polarisasi dengan penyerapan
selektif. Suatu polaroid ideal akan meneruskan semua komponen medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi
dan menyerap suatu medan listrik E
yang tegak lurus pada sumbu transmisi.
Jika cahaya tidak terpolarisasi dilewatkan pada sebuah kristal, maka arah
getaran yang keluar dari kristal hanya terdiri atas satu arah disebut
cahaya terpolarisasi linier. Kristal yang dapat
menyerap sebagian arah getar disebut
dichroic.

Gambar 2.14. Kristal melewatkan cahaya
terpolarisasi linear dan menyerap arah lainnya.
Selanjutnya, pada Gambar 2.15 ditunjukkan susunan dua keping Polaroid.
Keping Polaroid yang pertama disebut polarisator,
sedangkan keping polaroid yang kedua disebut analisator.


Gambar 2.15 (a) Polarisator dan analisator dipasang sejajar.
(b) Polarisator dan analisator dipasang bersilangan.
Jika seberkas cahaya dengan intensitas I0 dilewatkan pada
sebuah polalisator ideal, intensitas cahaya yang dilewatkan adalah 50% atau
. Akan tetapi, jika cahaya dilewatkan pada
polalisator dan analisator yang dipasang bersilangan, tidak ada intensitas
cahaya yang melewati analisator. Secara umum, intensitas yang dilewati
analisator adalah


Dengan I2 adalah intensitas cahaya yang lewat analisator.
I0 adalah intensitas awal seblum maasuk polalisator dan θ
adalah sudut antara arah polarisasi polalisator dan arah polarisasi analisator.
Jika keduanya sejajar, θ = 0. jika keduanya saling bersilangan, θ = 90°.
Seberkas cahaya alamiah dilewatkan pada dua keping kaca polaroid yang arah
polarisasi satu sama lain membentuk sudut 60°. Jika intensitas cahaya
alamiahnya 100 Wcm-2, tentukanlah intensitas cahaya yang telah
melewati cahaya polaroid itu.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (2.19) diperoleh


Jadi, intensitas cahaya yang dilewatkan 12,5 Wcm-2.
Jika seberkas pola cahaya alamiah dijatuhkan pada permukan bidang batas dua
medium, maka sebagian cahaya akan mengalami pembiasan dan sebagian lagi
mengalami pemantulan. Sinar bias dan sinar pantul akan terpolarisasi sebagian.
Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu saat sinar bias dan sinar
pantul membentuk sudut 90°. Pada keadaan ini, sudut sinar datang (i)
disebut sudut polarisasi (ip) karena sinar yang terpantul
mengalami polarisasi sempurna atau terpolarisasi linear. Menurut Hukum
Snellius,
n1 sin ip = n2 sin r, dengan r
+ ip = 90 atau r = 90 – ip
selanjutnya dapat dituliskan
n1 sin ip = n2 sin (90 – ip)=
n2 cos ip

Sudut ip disebut sudut polarisasi atau sudut Brewster,
yaitu sudut datang pada sinar bias dan sinar pantul membentuk sudut 90°.
Dalam sebuah kristal tertentu, cahaya alamiah yang masuk ke dalam kristal
dapat mengalami pembiasan ganda. Pembiasan ganda ini dapat terjadi karena
kristal tersebut memiliki dua nilai indeks bias. Perhatikan Gambar 23, tampak
ada dua bagian sinar yang dibiaskan yang hanya mengandung E//
dan yang lain hanya mengandung. Jadi, indeks bias serta laju E//
dan
adalah tidak sama.


Gambar 2.16. Polarisasi
pada pembiasan ganda.
Berkas cahaya yang melewati gas akan
mengalami polarisasi sebagian karena partikel-partikel gas dapat menyerap dan
memancarkan kembali cahaya yang mengenainya. Penyerapan dan pemancaran cahaya
oleh partikel-partikel gas disebut hamburan. Oleh karena peristiwa
hamburan ini, langit pada siang hari tampak berwarna biru. Hal tersebut
dikarenakan partikel-parikel udara menyerap cahaya matahari dan memancarkan
kembali (terutama) cahaya biru. Demikian pula, pada pagi hari dan sore hari,
partikel-partikel udara akan menghamburkan lebih banyak cahaya merah (melalui
kolom udara yang lebih panjang) sehingga pada pagi dan sore hari, cahaya
matahari tampak lebih banyak memancarkan cahaya merah. Sebaliknya, di bulan
tidak ada yang dapat menghamburkan cahaya matahari karena bulan tidak memiliki
atmosfir. Oleh karena itu, atmosfir bulan akan tampak gelap.
Salah satu penerapan penting dari proses
polarisasi adalah Liquid Crystal Dsiplay (LCD). LCD digunakan
dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital, layar kalkulator, hingga layar
televise. LCD dapat diartikan alat peraga kristal cair, berisi dua filter polarisasi
yang saling menyilang dan didukung oelh sebuah cermin. Biasanya polarisator
yang saling menyilang menghalangi semua cahaya yang melewatinya. Namun, diantar
kedua filter itu terdapat lapisan kristal cair. Selain energi listrik alat ini
dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat dengan membentuk sudut 900.
Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat menembus filter (penyaring) bagian
belakang. Kemudian sinar-sinar itu dipantulkan oleh cermin sehingga peraga
(layar) tampak putih. Angka atau huruf pada peraga dengan menyatakan
daerah-daerah kristal cair. Ini mengubah posisi kristal cair tersebut sehingga
kristal-kristal tidak lagi memutar cahaya.
Alat Optik
Prinsip kerja alat optik
KAMERA
DIGITAL
Selain kamera konvensional di atas, terdapat kamera
yang lebih mudah penggunaannya yakni kamera digital. Kamera digital ini lebih
sering kita temui di lingkungan sekitar kita, selain penggunaannya yang mudah
harganya juga relatif lebih murah. Kamera digital yaitu kamera yang dapat
bekerja tanpa menggunakan film negatif sebagai gantinya adalah sensor. Kita
dapat dengan mudah menangkap suatu objek dikarenakan kamera digital menggunakan
sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Dibalik teknologi canggih
tersebut, tahukah kalian bagaimana prinsip dan cara kerja kamera digital? Yuk
mari kita bahas, tapi mukanya gausah serius gitu :D
Jenis-jenis kamera digital
A. Kamera Saku (Point and Shoot Camera)
A. Kamera Saku (Point and Shoot Camera)
Point and Shoot Camera merupakan kamera yang
paling banyak digunakan. Selain mudah digunakan, dari segi harga juga relatif
murah. Kamera ini dirancang untuk orang-orang yang kurang menyukai kontrol
manual. Kamera ini mempunyai fasilitas yang menarik, antara lain :
1. Optical zoom
Yaitu fasilitas pembesaran gambar yang dilakukan dengan kombinasi reposisi lensa.
Yaitu fasilitas pembesaran gambar yang dilakukan dengan kombinasi reposisi lensa.
2. Digital zoom
Yaitu fasilitas pembesaran gambar yang dilakukan secara digital. Proses ini sebenarnya hanya berupa proses crooping dan pembesaran menggunakan software internal kamera. Zoom ini mengakibatkan gambar menjadi kabur (blur).
Yaitu fasilitas pembesaran gambar yang dilakukan secara digital. Proses ini sebenarnya hanya berupa proses crooping dan pembesaran menggunakan software internal kamera. Zoom ini mengakibatkan gambar menjadi kabur (blur).
3. Resolusi sampai dengan 3,1 mega piksel
Media bidik bisa berupa lensa konvensional. LCD, atau merupakan kombinasi keduanya.
Media bidik bisa berupa lensa konvensional. LCD, atau merupakan kombinasi keduanya.
Terdapat satu fitur pada kamera saku yang
sebaiknya kalian hindari pemakaiannya, yaitu digital zoom. Mau tau kenapa?
Saat kalian menggunakan optical zoom, komponen
gelas optik di dalam lensa akan memperbesar ukuran objek baru kemudian hasil
perbesaran dari lensa akan ditangkap oleh sensor kamera lalu direkam.
Sebaliknya, digital zoom tidak benar-benar memperbesar ukuran objek, namun
hanya melakukan pemotongan (cropping) area gambar disekitar objek dan
“mengembangkan” ukuran foto dengan menggunakan interpolasi. Dengan cara seperti
ini, foto akan kehilangan banyak detail. Jadi jika kalian menggunakan digital
zoom maka hasil foto akan tampak tidak tajam atu cenderung blur. Jika dengan
optical zoom objek yang kalian inginkan masih tampak terlalu kecil, maka
berjalanlah mendekat ke objek baru bidiklah. Usahakan untuk memakai digital
zoom jika benar-benar terpaksa, karena banyak sekali ruginya. Ini nih contoh
hasil penggunaan digital zoom
Gambar Asli
Hasil Digital Zoom
|
Kamera Digital SLR (Single
Lens Reflex)
Resolusi terendah yang dimiliki
kamera digital SLR (Single Lens Reflex) adalah 5,1 megapiksel. Sama halnya
dengan kamera SLR analog, kamera digital SLR juga memiliki kualitas gambar
terbaik karena menggunakan lensa optik dan sistem kontrol manual. Selain
kontrol yang diberikan secara manual, kamera ini juga memiliki sistem kontrol
otomatis yang dibantu oleh mikro prosesor yang cukup canggih. Kamera digital
bertipe SLR ini, seperti halnya kamera SLR analog, juga menggunakan lensa yang
bisa dilepas dan diganti dengan lensa berdiameter lebih besar atau lebih kecil
sesuai kebutuhan. Selain itu, penempatan tombol dan fungsi dasar kedua kamera
digital ini tidak banyak berbeda. Terdapat 2 hal yang harus diperhatikan dalam
menggunakan kamera digital SLR, yaitu lensa dan blitz.
Cara Kerja Kamera Digital
1. Lensa menangkap gambar,
kemudian diteruskan ke bagian panel penangkap gambar. Penangkap gambar atau
biasa disebut sensor CCD (yang juga berfungsi sebagai view finder) mengirimkan
gambar ke LCD. Sementara pada kamera DSLR, gambar juga dilewatkan ke cermin
pantulan yang merefleksikan gambar ke jendela intip (eye finder).
2. Gambar yang ditangkap oleh
lensa, dilewatkan pada filter warna yang kemudian akan ditangkap oleh CCD atau
sensor gambar. Jarak antara lensa dan sensor ini dikenal dengan istilah focal
length. Jarak ini pula yang akan menjadi faktor pengali pada lensa.
3. Tugas CCD adalah merubah
sinyal analog (gambar yang ditangkap oleh lensa) menjadi sinyal listrik. Pada
CCD ini terdapat jutaan titik sensor yang dikenal dengan pixel. Jadi istilah
pixel atau megapixel pada kamera digital sebenarnya mengacu pada jumlah titik
pada sensor ini. Semakin kecil sensor dan semakin banyak titik sensornya, maka
akan semakin halus dan semakin tinggi resolusi gambar yang dihasilkan.
4. Gambar yang ditangkap oleh
sensor CCD diteruskan ke bagian pemroses gambar yang tugasnya memproses semua
data dari sensor CCD menjadi data digital berupa file format gambar, serta
melakukan proses kompresi sesuai format gambar yang dipilih (RAW, JPEG, dan
sebagainya). Di bagian ini selain chipset yang berperan, software (firmware)
dari kamera yang bersangkutan juga menentukan hasil akhir gambar. Kedua bagian
inilah yang akan menentukan karakter dari kamera digital tersebut. Itulah
sebabnya, setiap mereka kamera memiliki software dan chipset sendiri-sendiri
pada kamera mereka.
5. Proses yang terakhir adalah
mengirimkan hasil file gambar dalam format yang dipilih ke bagian penyimpanan
(storage) atau memory card. Biasanya, memory card berupa SD, CF dan sebagainya.
LUP
Sebagaimana namanya, lup memiliki fungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lup
adalah lensa cembung yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil agar
nampak lebih besar. Bayangan yang dibentuk oleh lup memiliki sifat: maya,
tegak, dan diperbesar. Untuk itu benda harus diletakkan di Ruang I atau daerah
yang dibatasi oleh fokus dan pusat lensa atau cermin (antara f dan O), dimana
So < f.
Ada dua cara bagaimana menggunakan
lup yaitu:
a. Dengan cara mata berakomodasi maksimum.
a. Dengan cara mata berakomodasi maksimum.
b. Dengan cara mata tidak berakomodasi.
a. Mata Berakomodasi Maksimum
Mata berakomodasi maksimum yaitu cara
memandang obyek pada titik dekatnya (otot siliar bekerja maksimum untuk menekan
lensa agar berbentuk secembung-cembungnya).
Pada penggunaan lup dengan mata berakomodasi maksimum, maka yang perlu diperhatikan adalah:
Pada penggunaan lup dengan mata berakomodasi maksimum, maka yang perlu diperhatikan adalah:
bayangan yang dibentuk lup harus berada
di titik dekat mata / Punctum Proksimum (PP)
benda yang diamati harus diletakkan di antara
titik fokus dan lensa
kelemahan : mata cepat lelah
keuntungan : perbesaran bertambah (maksimum)
Sifat bayangan : maya, tegak, dan diperbesar
b.
Mata Tak Berakomodasi
Mata tak berakomodasi yaitu cara memandang
obyek pada titik jauhnya (yaitu otot siliar tidak bekerja/rileks dan lensa mata
berbentuk sepipih-pipihnya).
Pada penggunaan lup dengan mata tak berakomodasi, maka yang perlu diperhatikan adalah:
Pada penggunaan lup dengan mata tak berakomodasi, maka yang perlu diperhatikan adalah:
maka lup harus membentuk bayangan di jauh tak
hingga
benda yang dilihat harus diletakkan di titik
fokus (So = f)
keuntungan : mata tak cepat lelah
Kerugian : perbesaran berkurang (minimum)
Perhitungan
a. Pada mata berakomodasi maksimum
a. Pada mata berakomodasi maksimum
• Si = -PP = -Sn
1/f = 1/So + 1/-Sn
Perbesaran sudut atau perbesaran angular
M = (PP/f) + 1
b. Pada mata tak berakomodasi
• Si = -PR
• So = f
Perbesaran sudut
M = PP/f
M = perbesaran sudut
PP = titik dekat mata dalam
meter
f = Jarak focus lup dalam meter
f = Jarak focus lup dalam meter
TEROPONG
Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum
teropong terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke obyek dan
disebut lensa obyektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa
okuler.
Berdasarkan fungsinya teropong
dibagi menjadi:
1. teropong bintang
2. teropong bumi
3. teropong panggung
Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa obyektif membentuk bayangan nyata dari sebuah obyek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai lup. Dengan demikian cara mengamati obyek apakah mau dengan cara berakomodasi maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okulernya. Oleh karena itu jarak antara obyektif dan okuler dapat diubah-ubah. Panjang teropong adalah jarak antara lensa obyektif dan lensa okulernya.
Teropong Bintang
Teropong bintang digunakan untuk mengamati obyek-obyek yang ada di langit
(bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi
sebagai lensa obyektif dengan diameter dan jarak fokus besar, sedangkan
okulernya adalah sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.
Simulasi transfer data dengan serat
optik
Serat
optik dan keunggulannya
Serat optik adalah salah satu media transmisi
yang mampu menyalurkan data dengan kapasitas besar dengan kehandalan tinggi.
Kehandalan serat optik ini diperoleh karena serat optik menggunakan gelombang
optik (cahaya laser) sebagai gelombang pembawanya. Hal ini berbeda dengan jenis
media transmisi lain yang menggunakan sinyal listrik yang merambat melalui
kabel sebagai pembawa sinyal. Penyaluran informasi pada serat optik dibawa oleh
sinyal digital yang dirambatkan dalam bentuk gelombang cahaya. Gelombang cahaya
dapat membawa informasi lebih banyak (kapasitas besar) dengan kecepatan tinggi.
Kecepatan transfer data yang mampu dilakukan melalui serat optik ini dapat
mencapai 200.000 Mbps (200 Gbps), suatu nilai yang sangat fantastis. Melalui
serat optik ini juga menjamin keamanan data yang sedang ditransmisikan dari
upaya pencurian data maupun pemotongan (tap) data di tengah jalan.
12.
Bentuk Fisik Serat Optik Sebagai media transmisi yang berfungsi untuk
menyalurkan data dalam bentuk cahaya,
maka
serat optik harus dibuat dari semacam bahan kaca (atau plastik). Diameter m sampai
125 mserat
optik berkisar antara 2 m m, suatu nilai
yang sangat kecil. Dalam upaya untuk memperoleh kinerja yang baik, biasanya
serat ultra pure fused silika adalah bahan yang sering digunakan sebagai bahan
pembuat serat optik karena memiliki loss kecil. Serat optik berbentuk silinder
yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian core, cladding, dan jacket
(pembungkus) (lihat gambar). Core adalah bagian terdalam yang terdiri dari satu
serat atau lebih, serat inilah yang merupakan jalur bagi sinyal cahaya. Tiap serat
dikelilingi oleh cladding dan kemudian ditutupi oleh coating. Bagian terluar
adalah jacket yang berfungsi melindungi serat optik dari pengaruh luar, seperti
kelembapan udara, abrasi dan kerusakan.
13.
Cara Kerja Sistem Serat Optik
Pada dasarnya serat optik merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen pendukung yang membentuk suatu
sistem. Hal ini dikarenakan informasi (data) yang akan ditransmisikan dalam
serat optik berupa cahaya, sehingga sebelum informasi disalurkan terlebih dahulu
informasi tersebut diubah bentuknya menjadi cahaya. Pada umumnya sistem
transmisi serat optik terdiri tiga bagian yaitu dari sumber cahaya, media
transmisi dan detektor. Sumber cahaya adalah bagian dari sistem yang mengubah
sinyal listrik menjadi sinyal cahaya yang sesuai. Tugas ini biasanya dilakukan
oleh LED (Light Emitting Diode) atau bisa juga menggunakan dioda laser, yaitu
dioda yang dapat memancarkan sinar laser. Media transmisi dijalankan oleh serat
optik. Sebagai detektor digunakan photo-diode yaitu dioda yang dapat menyerap
cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal listrik yang sesuai. Penyaluran data
melalui serat optik dapat digambarkan sebagai berikut: data berupa sinyal
listrik diubah menjadi cahaya yang sesuai oleh LED sebagai sumber cahaya, kemudian
cahaya berisi data tadi merambat di dalam serat optik sebagai media transmisi
menuju ke penerima berupa photodioda sebagai detektor dan mngubah cahaya
menjadi sinyal listrik yang sesuai.
14.
Tipe Transmisi Serat Optik• Multi Mode• Single Mode
15.
Multi Mode
Pada
jenis ini, suatu informasi (data) dibawa melalui beberapa lintasan cahaya yang
dijalarkan melalui serat dari satu ujung ke ujung lainnya. Metode semacam ini
dapat mengakibatkan ketidakakuran data yang dikirimkan kepada penerima, karena
lintasan cahaya yang satu dapat berbeda waktu tempuhnya dibandingkan lintasan
yang lain sehingga data yang dikirim menjadi berubah ketika sampai di penerima.
Transmisi data jenis ini menggunakan diameter serat (core) sekitar 50 mm, dan
cladding sekitar 125 mm.
16.
Single Mode
Transmisi data melalui single mode hanya
menggunakan satu lintasan cahaya yang merambat melalui serat. Metode semacam
ini dapat menghindarkan ketidakakuratan yang dapat terjadi dalam penyaluran
data. Diameter serat yang diperlukan haruslah cukup kecil untuk mendukung
metode ini yaitu sekitar 3 – 10 mm. Cahaya yang diperlukan haruslah cahaya
dengan koherensi dan intensitas tinggi yaitu laser, sehingga diperlukan suatu
sumber cahaya yang mampu menghasilkan cahaya yang sangat tajam (koheren dan
berintensitas tinggi) yang memerlukan teknologi tinggi.
Bintang-bintang di langit yang letaknya sangat jauh tidak dapat dilihat
secara langsung oleh mata. Teropong atau teleskop dapat digunakan untuk melihat
bintang atau objek yang letaknya sangat jauh. Teropong terdiri atas dua lensa
cembung, sebagaimana mikroskop. Pada teropong jarak fokus lensa objektif lebih
besar daripada jarak fokus lensa okuler (fob > fok).
Teropong digunakan dengan mata tidak berakomodasi agar tidak cepat lelah karena
teropong digunakan untuk mengamati bintang selama berjam-jam. Dengan mata tidak
berakomodasi, bayangan lensa objektif harus terletak di titik fokus lensa
okuler. Dengan demikian, panjang teropong (atau jarak antara kedua lensa)
adalah
d = fob
+ fok
dimana fob
adalah jarak fokus lensa objektif dan fok adalah jarak fokus
lensa okuler.
Adapun perbesaran P
yang dihasilkan oleh teropong adalah

Tidak ada komentar:
Posting Komentar